Manajemen perkawinan babi perlu diatur agar tidak terjadi kesalahan dalam sistem tata laksana pengembangbiakan yang dapat mengakibatkan kerugian, menurut Prasetyo (2013) menyatakan bahwa babi dara sebaiknya dikawinkan pada berahi kedua setelah pubertas, bila babi dara terlalu kurus atau berada dalam kondisi yang tidak bagus dapat dikawinkan pada berahi ketiga. Menurut Toelihere (1993), betina mencapai pubertas pada umur lima sampai delapan bulan, disarankan dikawinkan pada umur 8 sampai 10 bulan.
1. Perkawinan
secara alami
Berdasarkan
hasil praktikum, proses perkawinan babi secara alami adalah Babi betina yang
berahi digiring dan dimasukkan ke kandang pejantan untuk dikawinkan. Pejantan
dibiarkan mencumbui babi betina tersebut sambil mengeluarkan urin, pada saat
pejantan menaiki betina, penis pejantan diarahkan kedalam alat kelamin betina.
Hal ini bertujuan untuk mencegah agar penis tidak masuk kedalam anus betina
tersebut. Proses pengawinan secara alami berlangsung sekitar 10 menit.
Menurut
Toelihere (1981), bahwa dalam perkawinan secara alami pejantan melakukan
tahap-tahap percumbuan yang dimulai dengan mencium flank betina, menyeruduk dan
menyodok diantara kaki belakang betina secara tiba–tiba dengan moncongnya,
mengangkat bagian belakang betina, menggertakkan gigi, menggertakkan rahang
dari samping dan keluar buih dari mulut. Babi pejantan tersebut akan memisahkan
babi–babi betina yang tidak berahi dan mulai menaiki betina yang menunjukkan tanda-tanda
berahi. perkawinan secara alami dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok. Perkawinan secara individu sebaiknya dengan membawa betina kekandang
jantan dikarenakan pejantan telah mengenal daerah teritorialnya sedangkan perkawinan
kelompok dilakukan dengan cara mencampur pejantan dikandang sekelompok betina.
2.
Perkawinan
IB ( Inseminasi Buatan )
Inseminasi
buatan (IB) merupakan suatu teknik inseminasi pada ternak yang diterapkan
secara efisien pada peternakan yang maju (Toelihere, 1993). Menurut Sihombing
(1997), periode yang efektif untuk menginseminasi adalah sekitar 24 jam, antara
24 hingga 36 jam setelah puncak berahi. Pejantan yang akan digunakan dalam IB
harus teruji mutunya dalam hal performans, fisik, kesehatan dan manajemen
pemeliharaan memenuhi standar (Sihombing, 1997). Seekor babi jantan unggul,
dengan IB dapat dipakai untuk melayani 2000 ekor betina per tahun dengan
keturunan 20.000 ekor. kelemahan dari teknik IB adalah jika tidak dilakukan
dengan benar, maka akan menurunkan efisiensi reproduksi sehingga dalam
pelaksanaannya harus dilakukan secara terlatih dan terampil dan teknik IB tidak
dapat digunakan untuk semua jenis hewan (Toelihere, 1993). Babi betina yang
akan diinseminasi adalah babi yang sedang berahi.
Sebelum inseminasi dilakukan, alat dan bahan
seperti gunting, kateter, aquabides dan semen dipersiapkan. Bersihkan vulva
babi betina dengan aquabides, ujung kateter dibasahi dengan aquabides, kemudian
kateter dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam alat kelamin betina yang
diputar berlawanan dengan arah jarum jam. Setelah kateter masuk dan serviks
telah terkunci, maka penutup bungkus semen digunting dan dimasukkan kedalam
kateter. Kateter agak diangkat keatas supaya semen dapat mengalir kedalam alat
kelamin betina. Proses inseminasi berlangsung selama satu hingga lima menit.
Daftar
Pustakan
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak
Babi. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta
Toelihere, M. R 1993. Inseminasi
Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.
0 komentar:
Post a Comment