Kambing
perah merupakan komoditas baru di Indonesi yang kemungkinan memiliki prospek
pengembangan yang baik. Walaupun belum terbukti secara Ilmiah, anggapan yang
berkembang di masyarakat adalah bahwa susu kambing dapat menyembuhkan berbagai
penyakit pernafasan, seperti asma dan TBC. Oleh karena itu permintaan cenderung
semakin meningkat dan harga yang masih cukup tinggi. Di sisi lain kambing perah
dapat berperan ganda sebagai peghasil susu dan daging. Dari kebutuhan
investasi, usaha kambing pernah memerlukan investasi jauh lebih kecil
dibandingkan dengan sapi perah dan disamping ini relatif lebih mudah dalam
manajemen.
Kambing
perah yang banyak dikembangkan di Indonesia umumya kambing peranakan Etawah
(PE), yang umumnya masih lebih dominan sebagai sumber daging dibandingkan
dengan sumber air susu. Susu kambing belum dikenal secara Iuas seperti susu
sapi padahal memiliki komposisi kimia yang cukup baik (kandungan protein 4,3%
dan lemak 2,8%) relatif lebih baik dibandingkan kandungan protein susu sapi
dengan protein 3,8% dan lemak 5,0% (Sunarlim dkk, 1992). Disamping itu
dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing lebih mudah dicerna, karena ukuran
molekul lemak susu kambing lebih kecil dan secara alamiah sudah berada dalam
keadaan homogen (Sunarlim dkk, 1992) (Sinn, 1983).
Produktivitas
biologis kambing cukup tinggi, 8-28% lebih tinggi dibandingkan sapi (Devendra,
1975). Jumlah anak per kelahiran (litter size) bervariasi 1 sampai dengan 3
ekor dengan tingkat produksi susu yang melebihi dari kebutuhan untuk anaknya,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak mengganggu
proses reproduksinya. Biaya investasi usaha ternak kambing relatif rendah dan
pemeliharaannya pun jauh lebih mudah dibanding sapi.
Pengembangan
usaha kambing PE mempunyai peluang pasar yang cukup tinggi di Kabupaten Cianjur
karena daya dukung kesesuaian iklim dan aksesibilitas ke berbagai daerah
konsumen. Tingginya impor dan masih rendahnya produksi susu sapi dalam negeri,
merupakan pasar yang perlu dijajagi.
Dari
aspek produksi daging, permintaan daging kambing di Indonesia maupun di dunia
juga mengalami peningkatan pesat selama 10 tahun terakhir ini. Indonesia
mengkonsumsi kambing sebagai salah satu sumber protein hewani yang utama
setelah sapi dan ayam. Pasokan daging kambing relatif terbatas karena usaha
peternakan kambing di Indonesia di dominasi oleh usaha rumah tangga dengan
skala pemilikian 4 – 10 ekor.
Permintaan
kambing untuk konsumen khususnya seperti restauran dan hotel-hotel masih
dipenuhi oleh impor. Hal ini disebabkan daging kambing dalam negeri kurang
sesuai untuk masakan yang dikehendaki oleh restauran dan hotel tersebut.
Pengembangan pasar ke pasar spesifik merupakan peluang ekonomi yang pantas
diraih dengan pengusahaan peternakan kambing sistem ranch, dan hal ini sangat
sesuai dengan kambing PE. Komoditas susu kambing juga memiliki propek yang baik
sejalan dengan semakin memasyarakatnya susu tersebut.
Kabupaten Cianjur memiliki keunggulan komparatif dalam usaha
peternakan kambing karena ketersediaan lahan luas diikuti oleh kemampuan
penduduk dalam menangani ternak ini. Perkembangan teknologi dalam bidang
peternakan yang pesat memungkinkan untuk mencapai produktivitas lebih dari yang
ada pada saat ini.
Karakteristik Pasar ternak kambing
Pasar
bagi daging kambing dapat digolongkan menjadi 2 bagian besar yakni pasar
tradisional bagi masyarakat pedesaan dan sebagian masyarakat kota dan pasar
khusus bagi masyarakat kota. Kedua jenis konsumen daging kambing ini mempunyai
karakteristik yang berbeda. Konsumen dari pasar tradisonal belum memperhatikan
aspek-aspek kesehatan hewan, pembangunan jenis daging dan cara penanganan
daging. Sedang konsumen masyarakat kota sangat memperhatikan masalah-masalah
kesehatan hewan/daging, cara penanganan dan pembagian jenis daging. Besarnya
pangsa kedua jenis pasar ini tak dapat ditentukan.
Pada
pasar tradisional, daging kambing dibeli oleh pedagang dari ternak, kemudian
dipotong di rumah pemotongan hewan atau dipotong sendiri. Penjualan daging ini
dilaksanakan di pasar-pasar umum. Pasar khusus masyarakat kota umumnya membeli
dari pedagang daging yang telah disertifikasi. Daging dipotong di rumah
pemotongan hewan dan dijual di supermarket atau di toko-toko khusus yang
menjual daging. Hotel dan restoran selain membeli dari supermarket juga membeli
dari pemasok yang khusus mengantarkan daging ke restoran sesuai dengan pesanan.
Tingkat permintaan daging kambing tidak terlalu fluktuatif
sepanjang tahun, namun permintaan akan meningkat dengan cepat pada saat Hari
raya Idul Adha. Pada hari raya tersebut, biasanya permintaan daging akan
meningkat dan harga akan meningkat pula. Pada Hari raya Idul Adha, dijual
kambing hidup yang sehat untuk digunakan pada kegiatan keagamaan.
0 komentar:
Post a Comment