Selamat datang di blog Cara Beternak dan Budidaya, Silahkan cari artikel yang anda butuhkan dengan mengetikan keyword di kotak pencarian
Naiknya harga bahan bakar minyak turut berimbas pada harga bahan pakan ternak. misalnya saja sekarang di wilayah banyumas jawa tengah harga konsentrat ayam pedaging, Terutama bahan baku impor. Terlebih lagi dengan naiknya permintaan pasar internasional dan pemakaian sebagian bahan baku pakan untuk memproduksi energi maka harganya pun menjadi semakin mahal. Pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap biaya transport juga semakin mahal. sehingga, akan sangat berpengaruh terhadap harga pokok produksi telur. 
Harga pokok produksi merupakan puncak dari berbagai variabel kegiatan manajemen peternakan ayam petelur. Komponen-komponen pembentuk harga pokok produksi telur: (1) pakan, (2) biaya operasional (upah, bahan bakar minyak, listrik, transportasi), (3) penyusutan pullet (ayam dara sampai dengan umur 19 minggu), (4) penyusutan investasi infrastruktur (kandang, gudang pakan dan telur, mess, kantor, listrik, jalan dll), (5) biaya penjualan (6) obat, vaksin, vitamin dan kimia, dan (7) biaya lain-lain. 

Komponen pembentuk harga pokok produksi telur: 

1. PAKAN 
Harga pakan jadi/komplit buatan pabrik di Jawa Timur yang berlaku saat ini, per 1 Desember 2014, rata-rata Rp 4.500,-/kg. Ditambah biaya kirim ke kandang dengan jarak 100 km dan upah menurunkan, lebih kurang Rp 100,-/kg. Jadi, harga pakan, sampai dimakan ayam, menjadi Rp 4.100,-/kg. Dikalikan FCR (Feed Conversion Ratio) total populasi ayam petelur yang berproduksi, umur 20 s/d 80 minggu, atau sampai afkir rata-rata 2.30, maka biaya pakan Rp 10.350,-/kg. 

2. BIAYA OPERASIONAL 
Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan peternakan ayam petelur untuk berproduksi, meliputi listrik, telepon, air, upah/gaji tenaga kerja, perawatan, material-material, sosial, kesehatan, pengamanan, transportasi, bahan bakar minyak dan lain-lain. Antara satu peternakan dengan peternakan yang lain tentu saja berbeda. Tergantung dari sistem manajemen perkandangan yang digunakan, cara pemberian pakan dan minum, apakah manual, semi-otomatis atau otomatis. Menurut pengalaman peternak di Jawa Timur, dengan cara pemberian pakan dan minum secara manual, biaya operasionalnya lebih kurang Rp 2.000,-/kg. Bila semi-otomatis atau otomatis, biayanya bisa lebih murah Rp 100 – 200,-/kg. 

3. PENYUSUTAN PULLET 
Pullet adalah ayam dara yang telah melalui masa awal dan pertumbuhan sampai dengan umur 153 hari (umur 22 minggu) sudah mulai bertelur, sampai berproduksi Hen Day 60%, pada saat itu layer sudah bisa membiayai makanannya dari hasil produksi telurnya. Sedangkan yang dimaksud layer adalah ayam petelur umur 154 hari (umur 23 minggu) s/d 80 minggu atau lebih, sampai diafkir. Dengan harga anak ayam, pakan, biaya operasional, vaksin, vitamin, kimia dan lain-lain yang berlaku saat ini, per 1 Desember 2014, harga pullet sampai dengan umur 153 hari, lebih kurang Rp 65.000,-/ekor. 
Ayam layer diafkir pada umur 80 minggu atau lebih, harga di Jawa Tengah rata-rata hanya Rp 15.000,-/kg. Bobot badan rata-rata 1,9 kg/ekor = Rp 28.500,-/ekor. Sedangkan sisa hidup saat diafkir pada umur 80 minggu atau lebih, rata-rata 15,0%. Jadi, pendapatan dari ayam afkir Rp 28.500,- x 85% = Rp 24.225,-/ekor. Nilai penyusutan pullet adalah harga awal masa produksi, dikurangi pendapatan afkir, sisa Rp 40.775,-/ekor, dibagi pendapatan telur dalam 1 (satu) periode s/d umur 80 minggu, rata-rata 20 kg telur/ekor/periode = Rp 2.039,-/kg telur. 

4. BIAYA PENYUSUTAN INVESTASI KANDANG DAN INFRA STRUKTUR 
Beban biaya penyusutan investasi kandang dan infra-struktur penunjang, tidak termasuk nilai lahan. Lahan nilainya tidak menyusut, malah akan naik terus dari waktu ke waktu. Kandang dan infra-struktur penunjang yang sudah ada saat ini, pada umumnya dibuat 3 – 10 tahun yang lalu dengan nilai rata-rata Rp 60.000,-/ekor. Hampir tidak ada investasi kandang baru dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Dengan perhitungan masa pakai bisa 10 tahun ( 7 periode), maka nilai penyusutan investasi awal sama dengan Rp 60.000 : 7 periode : 20 kg telur per periode, Rp 500,-/kg. 
Belum lagi tingginya rasio upah tenaga kerja akibat rendahnya produktifitas layer yang sudah tua, yang sebenarnya sudah tidak layak “pakai”. Kualitas telur jadi menurun, resikonya banyak keluhan dari pelanggan telur. Persentase telur retak dan pecah meningkat. FCR ayam tua juga sangat jelek, lebih dari 2,5. Akibatnya, pemanfaatan investasi kandang dan infrastruktur menjadi kurang ekonomis. Ini sebagai bahan renungan bagi Anda, para peternak petelur. 

5. BIAYA PENJUALAN 
Setelah telur diproduksi, masih ada biaya yang harus dikeluarkan untuk menjualnya walaupun dijual di tempat/di kandang atau gudang telur. Biaya-biaya itu meliputi telepon, listrik, susut bobot, retak, pecah, upah tenaga kerja, kemasan (peti kayu, egg tray, tali, label dan lain-lain). Rata-rata biaya penjualan Rp 300,-/kg. 

6. OBAT-OBATAN, VAKSIN DAN KIMIA (O.V.K.) 
Perusahaan peternakan ayam petelur, karena mengelola makhluk hidup, memerlukan obat-obatan (antibiotik, obat cacing), vaksin (vaksin mati dan vaksin hidup) dan kimia (desinfektan, insektisida, vitamin) supaya ayam tetap sehat dan berproduksi secara optimal. Vaksinasi terhadap beberapa penyakit harus diulang berkala, obat cacing perlu diulang berkala, pemberantasan hama lalat dan kutu, bio-sekuriti dan vitamin juga harus diberikan secara berkala. Total biaya OVK bila dirata-rata tidak kurang dari Rp 500,-/kg. 

7. BIAYA LAIN-LAIN 
Dalam perjalanan suatu perusahaan, tidak terlepas dari hal-hal yang terjadi di luar perkiraan atau tak terduga. Biasanya menyangkut biaya sosial, kesehatan karyawan, keamanan, kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Maka, perlu dicadangkan biaya tak terduga, diperkirakan rata-ratanya perlu anggaran sebesar Rp 100,-/kg. 
Catatan : dalam pembahasan ini diasumsikan semua biaya investasi dari “kantong” sendiri. Dianggap tidak pakai uang bank. Maka, tidak ada biaya bunga dan angsuran hutang ke bank. Istilahnya, pakai “uang dingin”, bukan “uang panas”. 

Rangkuman biaya-biaya :
1. Pakan= Rp 10.350,- (72.65%)
2. Biaya operasional = Rp 2.000,- (  7.70%) 
3. Pullet = Rp 2.039,- (10.92%)
4. Investasi kandang dan infrastruktur = Rp     500,- (  2.75%)
5. Penjualan telur dan ayam afkir = Rp     300,- (  1.92%)
6. Obat, vaksin dan kimia = Rp    500,- (  3.47%)
7. Biya tak terduga = Rp       100,-  (  0.58%)
 
Total ………… Rp 15.789,- (100.00%)

Berikutnya, supaya gampang menghitung secara cepat, rasio harga pokok produksi (= R.H.P.P.), yaitu harga pokok produksi telur Rp 12.979 : harga pakan Rp 4.000,-/kg = 3,24. 
RUMUS 
HPP TELUR = HARGA PAKAN x 3.24 
Kalau toh ada selisih hitungan secara akunting, bisa dipastikan tidak akan banyak, +/- Rp 200,-/kg. 

1 komentar:

Unknown said...

mantap tulisannya gan
untuk ulasan mengenai pengelolaan ternak lainnya

kunjungi blog kami ya…

www.bisnisfarm.wordpress.com

Salam sukses.

Post a Comment

Contact Person

AVIAN JAYA FARM
Nama        : AVIAN TRENGGONO
Alamat      : Jl. Sukaraya-sukatani, Bekasi
Email         : aviantrenggono@yahoo.com
Hp              : 082137612234
Facebook : Avian Trenggono
Twitter      : Avian_trg
Website      : ternakapaaja.blogspot.co.id

VISITORS

Flag Counter