Selamat datang di blog Cara Beternak dan Budidaya, Silahkan cari artikel yang anda butuhkan dengan mengetikan keyword di kotak pencarian
Permasalahan reproduksi dianggap sebagai salah satu aspek untuk meningkatkan produksi dan populasi ternak. Hal ini disebabkan adanya prinsip dimana tidak ada produksi tanpa reproduksi didalam bidang peternakan terutama ternak potong.. Produksi susu seekor ternak potong berhubungan dengan lahirnya seekor pedet. Fase produksi susu yang diperoleh pada saat empat bulan pertama pasca partum.
Usaha peningkatan produksi banyak mengalami banyak mengalami kendala yang meliputi faktor internal dan eksternal. Diantara faktor internal misalnya umur ternak selama fase reproduksi, sedangkan faktor eksternal misalnya lamanya istirahat pasca partum. Ternak sapi dalam kondisi pasca partum masih perlu istirahat untuk memulihkan kondisi alat-alat reproduksi agar siap menerima kebuntingan yang baru. Bila hal ini tidak diperhatikan akan mempengaruhi kemampuan reproduksi induk atau mengurangi kemampuan induk untuk melahirkan anak. Kondisi alat reproduksi pasca partu erat hubungannya dengan penampilan reproduksi periode berikutnya sekaligus sebagai indakator untuk mengukur efesiensi reproduksi seekor ternak. Efesiensi reproduksi yang tinggi berarti ternak memiliki tingkat fertilitas yang tinggi.
Efesiensi reproduksi merupkan suatu ukuran keberhasilan bereproduksinya sekelompok ternak. Efesiensi reproduksi dalam populasi ternak tidak dapat diukur semata- mata oleh proposi ternak yang tidak mampu memproduksi anak. Hewan betina mampu menghasilkan anak hanya apabila dikawinkan dengan seekor hewan jantan yang menghasilkan spermatozoa yang selanjutnya dapat membuahi ovum dan memulai proses yang berhubungan dengan konsepsi, implantasi, dan pertumbuhan janin.
 
 1.1    Tujuan
1.      Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan mengenali kegiatan kegiatan di lapangan yang berkaitan dibidang menejemen reproduksi sapi potong.
2.      Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan penerapannya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi menejemen reproduksi.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum manajemen reproduksi ternak  babi  dilakukan  pada  tanggal 11 Oktober   2013   bertempat  di  peternakan   sapi ptong yang bertempat di Ex-Fram, fakultas peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

TINJAUAN PUSTAKA
Perkawinan pada ternak sapi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: Kawin Alam (KA) dan Inseminasi Buatan (IB). KA biasanya menghasilkan keturunan yang kurang baik, sedangkan dengan IB lebih menjanjikan menghasilkan keturunan yang baik karena perkawinan dengan IB menggunakan sperma dari sapi pejantan unggul Supaya terjadi kebuntingan, perkawinan harus dilakukan pada saat sapi betina birahi (minta kawin). Apabila tidak bunting dan tidak ada kelainan, sapi betina akan birahi setiap 18-21 hari (satu siklus).( Achjadi, 2009).
Kebuntingan dapat diamati 21 hari setelah perkawinan. Kalau tidak ada tanda-tanda birahi, maka kebuntingan telah terjadi, namun apabila tanda-tanda birahi muncul lagi, maka perkawinan perlu diulang. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan perabaan, yang hanya dapat dilakukan oleh petugas yang terlatih dan berpengalaman. Setelah anak sapi lahir, induk sapi dapat dikawinkan lagi 3 (tiga) bulan setelah melahirkan. Sapi bunting harus dipisahkan dari sapi yang lain. Kondisi ini dilakukan untuk menjaga kebuntingan.( Blakely, J 1991)
Beberapa hari menjelang melahirkan, induk yang bunting akan menunjukkan tanda-tanda:  Ambing membesar dan kencang, urat daging di sekitar vulva mengendor dan di kanan-kiri pangkal ekor kelihatan legok. Beberapa saat menjelang melahirkan, sapi gelisah. Apabila tanda-tanda tersebut muncul, kadang harus dibersihkan dari kotoran dan diberi alas dengan jerami kering. Setelah melahirkan, induk sapi akan membersihkan linder yang menempel pada pedet yang baru dilahirkan dengan lidah. Apabila induk lemah dan tidak mapu, maka kita perlu menolong membersihkan, terutama yang mengganggu lubang pernafasan. Supaya kelahiran berjalan lancar, induk sapi yang akan beranak diberi kesempatan bergerak kira-kira 2-3 minggu menjelang melahirkan. (Hardjopranoto, 1991)           

MATERI DAN CARA KERJA
3.1 Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum reproduksi ternak babi adalah:
3.1.1 Alat
- Alat tulis                                  - Quisioner
- Alammater                               - Sepatu bot
3.1.2 Bahan
- Sapi potong

3.2 Cara Kerja
1.    Peternakan potong didatangi oleh praktikan,
2.    Dilakukan wawancara dengan bpk sufirriyanto
3.    Dicatat keterangan dan hasil yang didapat lalu bandingkan dengan buku laporan praktikum


HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
A. TERNAK MUDA
1. Umur pertama ternak dikawinkan
a.       Betina                                      : 1,5 – 2 tahun
b.      Jantan                                      : 2,5 – 3 tahun
2. Kriteria Calon pejantan dan induk
a.       Betina                                      : fertil, subur
b.      Jantan                                      : bentuk testis sama dan ada 2 (cliptorchide)
3. Perawatan
a.       Sistem pemeliharaan               : intensif
b.      Lama exercize (menit) : min 30 menit, max 1 jam
c.       Metode exercize                      : mengelilingi kandang setiap hari
4. Pakan
a.       Jenis pakan yang digunakan               : konsentrat, hijauan, jerami amoniasi
b.      Jumlah pakan yang diberikan              : sesuai umur dan BB.
c.       Jenis pakan tambahan (additive)         : jerami amoniasi
d.      Komposisi pakan yang diberikan        : protein 14 %, TDN 76 %
5. kesehatan
a.       Pemberian vaksin                    : vaksin brucella sh 19
b.      Pemberian obat                       : obat cacing hati (dovemix dan flucil)
c.       Penyakit ynag sering diderita : kembung dan mencret tak berbau
d.      Dosis penggunaan obat tiap penyakit : 10  ml
e.       Cara menggatasi penyakit       : mengobati sesuai gejala penyakit

B INDUKAN
1.    Manajemen reproduksi
a.    Cara mendeteksi berahi                       : melihat dengan metode 3 A
b.    Tanda-tanda berahi                             : 3 A (abang,abuh,anget)
c.    Cara mengawinkan (IB/alami)            : IB
Tahapannya : dilakukan oleh inseminator
d.   Proses perkawinan berapa kali            : 3 x baru bunting
e.    Mengawinkan sapi pada pukul berapa            : siang hari
f.     Jarak kandang dengan kantor dinas    : -
g.    Umur pertama kali dikawinkan           : 1,5 tahun
h.    Umur terakhir dikawinkan      : tergantung kondisi betina
i.      Penangganan saat bunting       : alami dengan bantuan manusia
j.      Lama kebuntingan                   : 9 bulan 10 hari
k.    Proses kelahiran                       : alami
Penangganannya                     : di bantu oleh peternak
l.      Jumlah anakan tiap kelahiran              :1 ekor
m.  Service per conception/jumlah IB       : 4 x IB = 1
n.    Kapan / pada umur berapa betina di culling, alasannya apa :-
o.    Jarak beranak ( bulan )                                    :12 bulan
p.    Pada umur berapa bulan anak sapi di sapih     : 6 bulan
q.    Berapa jarak waktu induk di kawinkan lagi setelah anaknya disapih :35 hari
r.     Bagaiman ciri-ciri anakan yang baik untuk dijadikan pejantan dan indukan : bergenetik bagus.
2.        Perawatan
Pemberian hormon                              : ya 
     System pemeliharaan                          : intensif 
         Lama exercize ( menit )                       : 30 menit
     Metode exercize                                  : mengelilingi kandang
3.        Pakan
a.    Jenis pakan yang digunakan                : konsentrat, hijauan, jerami amoniasi
b.    Jumlah pakan yang diberikan              : sesuai BB
c.    Jenis pakan tambahan (additive)         : konsentrat dan jerami amoniasi
d.   Komposisi pakan yang diberikan        : protein 14 %, TDN 76 %
4.        Kesehatan
a.    Pemberian vaksin                                : vaksin brucella
b.    Pemberian obat                                    : obat cacing hati
c.    Penyakit yang sering diderita              : diare,babesia,cacing hati, kembung
d.   Cara mengatasi penyakit                     : diobati sesuai jenis penyakit
C. PEJANTAN
1. Reproduksi             
a.       Koleksi simen                                      : tidak
b.      Umur pertama dikawinkan                 : 2 tahun
c.       Umur terakhir dikawinkan                  : tergantung kondisi pejantan
d.      Kriteria khusus pejantan                     : testis 2 dan simetris
e.       Kapan / pada umur berapa pejantan di culling, alasannya apa: -
2. perawatan
a.       Pemberian hormon                              : tidak
b.      Sistem pemeliharaan                           : intensif
c.       Lama exercize ( menit )                       : 30 menit
d.      Metode exercize                                  : mengelilingi kandang
3.    Pakan                                                         
a.    Jenis pakan yang digunakan                : konsentrat, jerami amoniasi,hijauan
b.    Jumlah pakan yang diberikan              : konsentrat : jerami amoniasi 1:2
c.    Jenis pakan tambahan (additive)         : Ampas tahu
d.   Komposisi pakan yang diberikan        :
4.    Kesehatan
e.    Pemberian vaksin                                : Ada
f.     Pemberian obat                                    : Ada
g.    Penyakit yang sering diderita              : Kembung atau bloat
h.    Cara mengatasi penyakit                     : Sanitasi kandang dan pengobatan

PEMBAHASAN
3.2.1.Pubertas
         Perkembangan dan pendewasaan alat kelamin dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bangsa sapi dan manajemen pemberian pakan. Dalam kondisi pemberian pakan yang baik pubertas pada sapi betina dapat terjadi pada umur 5 – 15 bulan. Berat badan dan atau besar tubuh lebih penting daripada umur, sebab sapi yang diberi pakan rendah dua kali lebih tua daripada umur yang dicapai oleh sapi dengan tingkatan yang tinggi. Dimana bobot badan yang ideal untuk pubertas berkisar 227 – 272 kg pada umur rata – rata 15 bulan.
Sapi mencapai dewasa kelamin sebelum dewasa tubuh tercapai. Keterangan ini memberi petunjuk agar tidak mengawinkan sapi betina pada waktu munculnya tanda-tanda pubertas yang pertama, Karen ajika mengawinkan terlalu cepat, maka sapi akan bunting dengan kondisi badan masih dalam proses pertumbuhan, maka tubuhnya harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinyadananakdalamrahimnya.(Rianto,2009)
3.2.2 Birahi
pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan dapat terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus reproduksi. Siklus ini dimulai dengan pubertas atau dewasa kelamin yang ditandai Reproduksi dengan berfungsinya organ-organ kelamin betina. Kemudian musim kawin yang ditandai dengan siklus birahi, kopulasi, adanya kelahiran setelah kebuntingan dan anak disapih. Maka ternak betina akan kembali ke masa siklus birahi dan seterusnya (Toelihere, 1981).
Siklus birahi ternak betina terbagi menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Proestrus ditandai dengan pertumbuhan folikel tersier menjadi folikel de graff. Kelenjar endometrium memanjang, cervix mulai merelaks dan lumen cervix mulai memproduksi lendir. Estrus ditandai dengan adanya kopulasi, ovum telah masak dan dinding folikel menjadi tipis serta terjadi ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari folikel). Metestrus ditandai dengan pembentukan corpus hemorragicum dixix tempat folikel de graff, kelenjar kental disekeresikan oleh cervix untuk menutup lubang cervix. Diestru ditandai dengan kebuntingan dan adanya selselkuning (luteum) di bawah lapisan hemoragik (Partodihardjo, 1980). Dari penjelasan pada praktikum siklus birahi pada sapi ada 4 fase, hal ini jelas sesuai dengan literatur di atas.
Pada umumnya gejala-gejala berahi pada ternak adalah sebagai berikut:
1.      Kemaluan bagian luar (vulva) ternak berwarna merah
2.      Bila dicermati kemaluan tersebut membengkak
3.      Bila diraba kemaluan tersebut terasa hangat
4.      Dari kemaluan keluar lendir bening dan transparan
5.      Gelisah dan kurang nafsu makan 
Hasil dari pelaksanaan praktikum tanda-tanda birahi 3 A yaitu abang, abuh, anget. Jika dibandingkan dengan literatur juga memiliki kesamaan.                               
3.2.3. Kawin Inseminasi Buatan(IB)
Dalam pelaksanaan inseminasi buatan, bagi para pelaksana (inseminator) maupun pemilik sapi, sulit untuk mengetahui saat dimulainya estrus, lebih-lebih saat ovulasinya. Untuk memudahkan pelaksanaan, maka dibuat petunjuk umum yang dapat dipergunakan dengan mudah. Faktor terpenting dalam petunjuk tersebut adalah pengamatan terhadap birahi. Jika gejala birahi pada pagi ini, maka inseminasi harus dilakukan pada sore hari ini juga, jika sapi terlihat birahi pada sore hari ini maka inseminasi dilakukan esok harinya sebelum jam 12 siang (Partodihardjo, 1980).
 Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah 15 s/d 18 jam setelah sapi menunjukkan gejala berahi karena pada saat tersebut sel telur telah mencapai saluran tuba falopii yaitu saluran tempat penyatuan sel telur dengan sperma yang diikuti dengan proses pembuahan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan IB pada ternak sapi yaitu:
  1. Kondisi kesehatan sapi betina yang di IB. Betina yang kondisinya sehat (sebelum dan setelah di IB) akan mampu memelihara kebuntingannya sampai melahirkan dengan baik.
  2. Ketepatan waktu pelaksanaan IB
  3. Mutu semen beku yang digunakan. Semen beku yang digunakan hendaknya mendapatkan penanganan yang benar mulai saat produksi, penyimpanan dan distribusi sampai di tingkat lapangan
  4. Keterampilan petugas IB sangat mempengaruhi keberhasilan IB. Makin terampil petugas IB, makin kecil resiko kegagalannya            
3.2.4 Kawin Alam (KA)
          Upaya peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan denganintensifikasi kawin alam melalui distribusi pejantan unggul terseleksidari bangsa sapi lokal atau impor dengan empat manajemenperkawinan, yakni: (1) perkawinan model kandang individu, (2)perkawinan model kandang kelompok/umbaran, (3) perkawinan modelrench (paddock) dan (4) perkawinan model padang pengembalaan.Pejantan yang digunakan berasal dari hasil seleksisederhana, yaitu berdasarkan penilaian performans tubuh dan kualitassemen yang baik, berumur lebih dari dua tahun dan bebas dari penyakitreproduksi seperti EBL dan IBR.( Anonimus, 1991)                                     Untuk seleksi induk diharapkan memiliki deskriptif sebagai berikut: 1) indukdereman/manaan (nahunan), yakni dapat beranak setiap tahun, 2) skor kondisi tubuh 5-7 (Gambar 4), 5) badan tegap, sehat dan tidak cacat, 4)tulang pinggul dan ambing besar, lubang pusar agak dalam dan 5)Tinggi gumba > 135 cm dengan bobot badan > 300 kg.
Cara kawin alam ini dianjurkan dengan pertimbangan:
1.      secara alamiah ternak sapi potong memiliki kebebasan hidup, sehingga mendukung perkembangbiakannya secara normal
2.      secara alamiah ternak sapi jantan mampu mengetahui ternak sapi betina yang berahi
3.      penanganan perkawinan secara kawin alam memerlukan biaya yang sangat murah, tanpa adanya campur tangan manusia
4.      metode kawin alam sangat efektif dan efisien, sehingga dapat digunakan sebagai pola usaha budidaya ternak mulai dari cara intensif, semi intensif dan ektensif, bahkan juga dilakukan di beberapa perusahaan.

3.2.5 Kebuntingan
Sapi dinyatakan bunting setelah dilakukan pemeriksaan kebuntingan apabila dalam 60-90 hari setelah IB sapi tersebut tidak terjadi birahi kembali (return heat) maka sapi tersebut akan masuk program pemeliharaan sapi bunting. Pemeliharaan sapi bunting di UPTD Aneka Usaha Ternak terdapat 2 kelompok yaitu sapi bunting muda (3-6 bulan) dan sapi yang masuk dalam kebuntingan tua antara 6-9 bulan. Sapi yang bunting tua akan dipindahkan ke kandang tersendiri agar lebih memudahkan dalam pengawasan.( Murtidjo, 2001)                              Pemeriksaan kebuntingan pada sapi selain dapat untuk menentukan usia kebuntingan ternak sapi juga sekaligus dapat untuk menentukan diagnose perbedaan antara kebuntingan dengan kelainan atau gangguan pada organ reproduksi. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan secara teratur dengan interval waktu antara 30-40 hari dari inseminasi yang terakhir. Sapi yang kemudian dinyatakan bunting, diperiksa kembali setelah 90-120 hari setelah pemeriksaan kebuntingan yang terakhir. Dengan demikian dapat untuk menghindari inseminasi ulang pada sapi yang sedang bunting (Partodihardjo,1980)                                       Letak kebuntingan pada ternak sapi biasanya pada daerah perut bagian kanan. Hal ini disebabkan aktivitas ovarium kanan dan kiri tidak sama. Ovarium kanan pada sapi lebih aktif dan besar bila dibandingkan dengan ovarium kiri. Volume uterus mengembang mengikuti pertumbuhan embrio atau fetus yang dikandungnya. Bagian cornu uterus akan berangsur turun, biasanya terjadi pada usia kebuntingan 90 hari. Pada umur 4 bulan ujung uterus sampai ke dasar ruang perut. Pada usia 5 bulan dasar perut dipenuhi oleh uterus yang bunting. Pada usia 9 bulan, dinding uterus bersentuhandengan dinding rektum (Sugeng, 2003)
3.3.6 Kelahiran
Kebuntingan pada sapi terjadi selama 275-285 hari dengan rata-rata 280 hari. Induk yang akan melahirkan menunjukkan tanda tanda seperti: vulva membengkak dan warna kemerahan, pinggul terasa lebih lentur, puting mulai membengkak dan sedikit meneteskan air susu, dan vulva akan mengeluarkan lendir saat mendekati kelahiran. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan apabila sapi memperlihatkan gejala-gejala akan melahirkan adalah:
a) pembersihan kandang untuk memudahkan pergerakan induk sebelum
atau pada saat proses melahirkan,
b) lantai kandang diberi alas, berupa jerami padi kering sebagai alas agar cairan yang keluar selama proses kelahiran dapat terserap dengan cepat
c) sediakan obat-obatan untuk mengantisipasi keadaan yang darurat.
Secara umum proses kelahiran akan terjadi maksimal 8 jam, apabila melebihi waktu tersebut pedet belum juga keluar maka sebaiknya segera laporkan kepada Petugas Peternakan setempat.( Puslitbangnak. 2007)
  
KESIMPULAN
Dari praktikum yang kita laksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      pubertas pada sapi betina dapat terjadi pada umur 5 – 15 bulan.
2.      Siklus birahi ternak betina terbagi menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.
3.      Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah 15 s/d 18 jam setelah sapi menunjukkan gejala berahi.
4.      Perkawinan pada ternak dapat dapat dilakukan dalam dua metode, yaitu: kawin alami dan kawin buatan
5.      Sapi dinyatakan bunting setelah dilakukan pemeriksaan kebuntingan apabila dalam 60-90 hari setelah IB sapi tersebut tidak terjadi birahi kembali (return heat)
Permasalahan reproduksi dianggap sebagai salah satu aspek untuk meningkatkan produksi dan populasi ternak. Hal ini disebabkan adanya prinsip dimana tidak ada produksi tanpa reproduksi didalam bidang peternakan terutama ternak potong.. Produksi susu seekor ternak potong berhubungan dengan lahirnya seekor pedet. Fase produksi susu yang diperoleh pada saat empat bulan pertama pasca partum.
Usaha peningkatan produksi banyak mengalami banyak mengalami kendala yang meliputi faktor internal dan eksternal. Diantara faktor internal misalnya umur ternak selama fase reproduksi, sedangkan faktor eksternal misalnya lamanya istirahat pasca partum. Ternak sapi dalam kondisi pasca partum masih perlu istirahat untuk memulihkan kondisi alat-alat reproduksi agar siap menerima kebuntingan yang baru. Bila hal ini tidak diperhatikan akan mempengaruhi kemampuan reproduksi induk atau mengurangi kemampuan induk untuk melahirkan anak. Kondisi alat reproduksi pasca partu erat hubungannya dengan penampilan reproduksi periode berikutnya sekaligus sebagai indakator untuk mengukur efesiensi reproduksi seekor ternak. Efesiensi reproduksi yang tinggi berarti ternak memiliki tingkat fertilitas yang tinggi.
Efesiensi reproduksi merupkan suatu ukuran keberhasilan bereproduksinya sekelompok ternak. Efesiensi reproduksi dalam populasi ternak tidak dapat diukur semata- mata oleh proposi ternak yang tidak mampu memproduksi anak. Hewan betina mampu menghasilkan anak hanya apabila dikawinkan dengan seekor hewan jantan yang menghasilkan spermatozoa yang selanjutnya dapat membuahi ovum dan memulai proses yang berhubungan dengan konsepsi, implantasi, dan pertumbuhan janin.
 
 1.1    Tujuan
1.      Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan mengenali kegiatan kegiatan di lapangan yang berkaitan dibidang menejemen reproduksi sapi potong.
2.      Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan penerapannya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi menejemen reproduksi.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum manajemen reproduksi ternak  babi  dilakukan  pada  tanggal 11 Oktober   2013   bertempat  di  peternakan   sapi ptong yang bertempat di Ex-Fram, fakultas peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

TINJAUAN PUSTAKA
Perkawinan pada ternak sapi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: Kawin Alam (KA) dan Inseminasi Buatan (IB). KA biasanya menghasilkan keturunan yang kurang baik, sedangkan dengan IB lebih menjanjikan menghasilkan keturunan yang baik karena perkawinan dengan IB menggunakan sperma dari sapi pejantan unggul Supaya terjadi kebuntingan, perkawinan harus dilakukan pada saat sapi betina birahi (minta kawin). Apabila tidak bunting dan tidak ada kelainan, sapi betina akan birahi setiap 18-21 hari (satu siklus).( Achjadi, 2009).
Kebuntingan dapat diamati 21 hari setelah perkawinan. Kalau tidak ada tanda-tanda birahi, maka kebuntingan telah terjadi, namun apabila tanda-tanda birahi muncul lagi, maka perkawinan perlu diulang. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan perabaan, yang hanya dapat dilakukan oleh petugas yang terlatih dan berpengalaman. Setelah anak sapi lahir, induk sapi dapat dikawinkan lagi 3 (tiga) bulan setelah melahirkan. Sapi bunting harus dipisahkan dari sapi yang lain. Kondisi ini dilakukan untuk menjaga kebuntingan.( Blakely, J 1991)
Beberapa hari menjelang melahirkan, induk yang bunting akan menunjukkan tanda-tanda:  Ambing membesar dan kencang, urat daging di sekitar vulva mengendor dan di kanan-kiri pangkal ekor kelihatan legok. Beberapa saat menjelang melahirkan, sapi gelisah. Apabila tanda-tanda tersebut muncul, kadang harus dibersihkan dari kotoran dan diberi alas dengan jerami kering. Setelah melahirkan, induk sapi akan membersihkan linder yang menempel pada pedet yang baru dilahirkan dengan lidah. Apabila induk lemah dan tidak mapu, maka kita perlu menolong membersihkan, terutama yang mengganggu lubang pernafasan. Supaya kelahiran berjalan lancar, induk sapi yang akan beranak diberi kesempatan bergerak kira-kira 2-3 minggu menjelang melahirkan. (Hardjopranoto, 1991)           

MATERI DAN CARA KERJA
3.1 Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum reproduksi ternak babi adalah:
3.1.1 Alat
- Alat tulis                                  - Quisioner
- Alammater                               - Sepatu bot
3.1.2 Bahan
- Sapi potong

3.2 Cara Kerja
1.    Peternakan potong didatangi oleh praktikan,
2.    Dilakukan wawancara dengan bpk sufirriyanto
3.    Dicatat keterangan dan hasil yang didapat lalu bandingkan dengan buku laporan praktikum


HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
A. TERNAK MUDA
1. Umur pertama ternak dikawinkan
a.       Betina                                      : 1,5 – 2 tahun
b.      Jantan                                      : 2,5 – 3 tahun
2. Kriteria Calon pejantan dan induk
a.       Betina                                      : fertil, subur
b.      Jantan                                      : bentuk testis sama dan ada 2 (cliptorchide)
3. Perawatan
a.       Sistem pemeliharaan               : intensif
b.      Lama exercize (menit) : min 30 menit, max 1 jam
c.       Metode exercize                      : mengelilingi kandang setiap hari
4. Pakan
a.       Jenis pakan yang digunakan               : konsentrat, hijauan, jerami amoniasi
b.      Jumlah pakan yang diberikan              : sesuai umur dan BB.
c.       Jenis pakan tambahan (additive)         : jerami amoniasi
d.      Komposisi pakan yang diberikan        : protein 14 %, TDN 76 %
5. kesehatan
a.       Pemberian vaksin                    : vaksin brucella sh 19
b.      Pemberian obat                       : obat cacing hati (dovemix dan flucil)
c.       Penyakit ynag sering diderita : kembung dan mencret tak berbau
d.      Dosis penggunaan obat tiap penyakit : 10  ml
e.       Cara menggatasi penyakit       : mengobati sesuai gejala penyakit

B INDUKAN
1.    Manajemen reproduksi
a.    Cara mendeteksi berahi                       : melihat dengan metode 3 A
b.    Tanda-tanda berahi                             : 3 A (abang,abuh,anget)
c.    Cara mengawinkan (IB/alami)            : IB
Tahapannya : dilakukan oleh inseminator
d.   Proses perkawinan berapa kali            : 3 x baru bunting
e.    Mengawinkan sapi pada pukul berapa            : siang hari
f.     Jarak kandang dengan kantor dinas    : -
g.    Umur pertama kali dikawinkan           : 1,5 tahun
h.    Umur terakhir dikawinkan      : tergantung kondisi betina
i.      Penangganan saat bunting       : alami dengan bantuan manusia
j.      Lama kebuntingan                   : 9 bulan 10 hari
k.    Proses kelahiran                       : alami
Penangganannya                     : di bantu oleh peternak
l.      Jumlah anakan tiap kelahiran              :1 ekor
m.  Service per conception/jumlah IB       : 4 x IB = 1
n.    Kapan / pada umur berapa betina di culling, alasannya apa :-
o.    Jarak beranak ( bulan )                                    :12 bulan
p.    Pada umur berapa bulan anak sapi di sapih     : 6 bulan
q.    Berapa jarak waktu induk di kawinkan lagi setelah anaknya disapih :35 hari
r.     Bagaiman ciri-ciri anakan yang baik untuk dijadikan pejantan dan indukan : bergenetik bagus.
2.        Perawatan
Pemberian hormon                              : ya 
     System pemeliharaan                          : intensif 
         Lama exercize ( menit )                       : 30 menit
     Metode exercize                                  : mengelilingi kandang
3.        Pakan
a.    Jenis pakan yang digunakan                : konsentrat, hijauan, jerami amoniasi
b.    Jumlah pakan yang diberikan              : sesuai BB
c.    Jenis pakan tambahan (additive)         : konsentrat dan jerami amoniasi
d.   Komposisi pakan yang diberikan        : protein 14 %, TDN 76 %
4.        Kesehatan
a.    Pemberian vaksin                                : vaksin brucella
b.    Pemberian obat                                    : obat cacing hati
c.    Penyakit yang sering diderita              : diare,babesia,cacing hati, kembung
d.   Cara mengatasi penyakit                     : diobati sesuai jenis penyakit
C. PEJANTAN
1. Reproduksi             
a.       Koleksi simen                                      : tidak
b.      Umur pertama dikawinkan                 : 2 tahun
c.       Umur terakhir dikawinkan                  : tergantung kondisi pejantan
d.      Kriteria khusus pejantan                     : testis 2 dan simetris
e.       Kapan / pada umur berapa pejantan di culling, alasannya apa: -
2. perawatan
a.       Pemberian hormon                              : tidak
b.      Sistem pemeliharaan                           : intensif
c.       Lama exercize ( menit )                       : 30 menit
d.      Metode exercize                                  : mengelilingi kandang
3.    Pakan                                                         
a.    Jenis pakan yang digunakan                : konsentrat, jerami amoniasi,hijauan
b.    Jumlah pakan yang diberikan              : konsentrat : jerami amoniasi 1:2
c.    Jenis pakan tambahan (additive)         : Ampas tahu
d.   Komposisi pakan yang diberikan        :
4.    Kesehatan
e.    Pemberian vaksin                                : Ada
f.     Pemberian obat                                    : Ada
g.    Penyakit yang sering diderita              : Kembung atau bloat
h.    Cara mengatasi penyakit                     : Sanitasi kandang dan pengobatan

PEMBAHASAN
3.2.1.Pubertas
         Perkembangan dan pendewasaan alat kelamin dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bangsa sapi dan manajemen pemberian pakan. Dalam kondisi pemberian pakan yang baik pubertas pada sapi betina dapat terjadi pada umur 5 – 15 bulan. Berat badan dan atau besar tubuh lebih penting daripada umur, sebab sapi yang diberi pakan rendah dua kali lebih tua daripada umur yang dicapai oleh sapi dengan tingkatan yang tinggi. Dimana bobot badan yang ideal untuk pubertas berkisar 227 – 272 kg pada umur rata – rata 15 bulan.
Sapi mencapai dewasa kelamin sebelum dewasa tubuh tercapai. Keterangan ini memberi petunjuk agar tidak mengawinkan sapi betina pada waktu munculnya tanda-tanda pubertas yang pertama, Karen ajika mengawinkan terlalu cepat, maka sapi akan bunting dengan kondisi badan masih dalam proses pertumbuhan, maka tubuhnya harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinyadananakdalamrahimnya.(Rianto,2009)
3.2.2 Birahi
pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan dapat terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus reproduksi. Siklus ini dimulai dengan pubertas atau dewasa kelamin yang ditandai Reproduksi dengan berfungsinya organ-organ kelamin betina. Kemudian musim kawin yang ditandai dengan siklus birahi, kopulasi, adanya kelahiran setelah kebuntingan dan anak disapih. Maka ternak betina akan kembali ke masa siklus birahi dan seterusnya (Toelihere, 1981).
Siklus birahi ternak betina terbagi menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Proestrus ditandai dengan pertumbuhan folikel tersier menjadi folikel de graff. Kelenjar endometrium memanjang, cervix mulai merelaks dan lumen cervix mulai memproduksi lendir. Estrus ditandai dengan adanya kopulasi, ovum telah masak dan dinding folikel menjadi tipis serta terjadi ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari folikel). Metestrus ditandai dengan pembentukan corpus hemorragicum dixix tempat folikel de graff, kelenjar kental disekeresikan oleh cervix untuk menutup lubang cervix. Diestru ditandai dengan kebuntingan dan adanya selselkuning (luteum) di bawah lapisan hemoragik (Partodihardjo, 1980). Dari penjelasan pada praktikum siklus birahi pada sapi ada 4 fase, hal ini jelas sesuai dengan literatur di atas.
Pada umumnya gejala-gejala berahi pada ternak adalah sebagai berikut:
1.      Kemaluan bagian luar (vulva) ternak berwarna merah
2.      Bila dicermati kemaluan tersebut membengkak
3.      Bila diraba kemaluan tersebut terasa hangat
4.      Dari kemaluan keluar lendir bening dan transparan
5.      Gelisah dan kurang nafsu makan 
Hasil dari pelaksanaan praktikum tanda-tanda birahi 3 A yaitu abang, abuh, anget. Jika dibandingkan dengan literatur juga memiliki kesamaan.                               
3.2.3. Kawin Inseminasi Buatan(IB)
Dalam pelaksanaan inseminasi buatan, bagi para pelaksana (inseminator) maupun pemilik sapi, sulit untuk mengetahui saat dimulainya estrus, lebih-lebih saat ovulasinya. Untuk memudahkan pelaksanaan, maka dibuat petunjuk umum yang dapat dipergunakan dengan mudah. Faktor terpenting dalam petunjuk tersebut adalah pengamatan terhadap birahi. Jika gejala birahi pada pagi ini, maka inseminasi harus dilakukan pada sore hari ini juga, jika sapi terlihat birahi pada sore hari ini maka inseminasi dilakukan esok harinya sebelum jam 12 siang (Partodihardjo, 1980).
 Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah 15 s/d 18 jam setelah sapi menunjukkan gejala berahi karena pada saat tersebut sel telur telah mencapai saluran tuba falopii yaitu saluran tempat penyatuan sel telur dengan sperma yang diikuti dengan proses pembuahan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan IB pada ternak sapi yaitu:
  1. Kondisi kesehatan sapi betina yang di IB. Betina yang kondisinya sehat (sebelum dan setelah di IB) akan mampu memelihara kebuntingannya sampai melahirkan dengan baik.
  2. Ketepatan waktu pelaksanaan IB
  3. Mutu semen beku yang digunakan. Semen beku yang digunakan hendaknya mendapatkan penanganan yang benar mulai saat produksi, penyimpanan dan distribusi sampai di tingkat lapangan
  4. Keterampilan petugas IB sangat mempengaruhi keberhasilan IB. Makin terampil petugas IB, makin kecil resiko kegagalannya            
3.2.4 Kawin Alam (KA)
          Upaya peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan denganintensifikasi kawin alam melalui distribusi pejantan unggul terseleksidari bangsa sapi lokal atau impor dengan empat manajemenperkawinan, yakni: (1) perkawinan model kandang individu, (2)perkawinan model kandang kelompok/umbaran, (3) perkawinan modelrench (paddock) dan (4) perkawinan model padang pengembalaan.Pejantan yang digunakan berasal dari hasil seleksisederhana, yaitu berdasarkan penilaian performans tubuh dan kualitassemen yang baik, berumur lebih dari dua tahun dan bebas dari penyakitreproduksi seperti EBL dan IBR.( Anonimus, 1991)                                     Untuk seleksi induk diharapkan memiliki deskriptif sebagai berikut: 1) indukdereman/manaan (nahunan), yakni dapat beranak setiap tahun, 2) skor kondisi tubuh 5-7 (Gambar 4), 5) badan tegap, sehat dan tidak cacat, 4)tulang pinggul dan ambing besar, lubang pusar agak dalam dan 5)Tinggi gumba > 135 cm dengan bobot badan > 300 kg.
Cara kawin alam ini dianjurkan dengan pertimbangan:
1.      secara alamiah ternak sapi potong memiliki kebebasan hidup, sehingga mendukung perkembangbiakannya secara normal
2.      secara alamiah ternak sapi jantan mampu mengetahui ternak sapi betina yang berahi
3.      penanganan perkawinan secara kawin alam memerlukan biaya yang sangat murah, tanpa adanya campur tangan manusia
4.      metode kawin alam sangat efektif dan efisien, sehingga dapat digunakan sebagai pola usaha budidaya ternak mulai dari cara intensif, semi intensif dan ektensif, bahkan juga dilakukan di beberapa perusahaan.

3.2.5 Kebuntingan
Sapi dinyatakan bunting setelah dilakukan pemeriksaan kebuntingan apabila dalam 60-90 hari setelah IB sapi tersebut tidak terjadi birahi kembali (return heat) maka sapi tersebut akan masuk program pemeliharaan sapi bunting. Pemeliharaan sapi bunting di UPTD Aneka Usaha Ternak terdapat 2 kelompok yaitu sapi bunting muda (3-6 bulan) dan sapi yang masuk dalam kebuntingan tua antara 6-9 bulan. Sapi yang bunting tua akan dipindahkan ke kandang tersendiri agar lebih memudahkan dalam pengawasan.( Murtidjo, 2001)                              Pemeriksaan kebuntingan pada sapi selain dapat untuk menentukan usia kebuntingan ternak sapi juga sekaligus dapat untuk menentukan diagnose perbedaan antara kebuntingan dengan kelainan atau gangguan pada organ reproduksi. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan secara teratur dengan interval waktu antara 30-40 hari dari inseminasi yang terakhir. Sapi yang kemudian dinyatakan bunting, diperiksa kembali setelah 90-120 hari setelah pemeriksaan kebuntingan yang terakhir. Dengan demikian dapat untuk menghindari inseminasi ulang pada sapi yang sedang bunting (Partodihardjo,1980)                                       Letak kebuntingan pada ternak sapi biasanya pada daerah perut bagian kanan. Hal ini disebabkan aktivitas ovarium kanan dan kiri tidak sama. Ovarium kanan pada sapi lebih aktif dan besar bila dibandingkan dengan ovarium kiri. Volume uterus mengembang mengikuti pertumbuhan embrio atau fetus yang dikandungnya. Bagian cornu uterus akan berangsur turun, biasanya terjadi pada usia kebuntingan 90 hari. Pada umur 4 bulan ujung uterus sampai ke dasar ruang perut. Pada usia 5 bulan dasar perut dipenuhi oleh uterus yang bunting. Pada usia 9 bulan, dinding uterus bersentuhandengan dinding rektum (Sugeng, 2003)
3.3.6 Kelahiran
Kebuntingan pada sapi terjadi selama 275-285 hari dengan rata-rata 280 hari. Induk yang akan melahirkan menunjukkan tanda tanda seperti: vulva membengkak dan warna kemerahan, pinggul terasa lebih lentur, puting mulai membengkak dan sedikit meneteskan air susu, dan vulva akan mengeluarkan lendir saat mendekati kelahiran. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan apabila sapi memperlihatkan gejala-gejala akan melahirkan adalah:
a) pembersihan kandang untuk memudahkan pergerakan induk sebelum
atau pada saat proses melahirkan,
b) lantai kandang diberi alas, berupa jerami padi kering sebagai alas agar cairan yang keluar selama proses kelahiran dapat terserap dengan cepat
c) sediakan obat-obatan untuk mengantisipasi keadaan yang darurat.
Secara umum proses kelahiran akan terjadi maksimal 8 jam, apabila melebihi waktu tersebut pedet belum juga keluar maka sebaiknya segera laporkan kepada Petugas Peternakan setempat.( Puslitbangnak. 2007)
  
KESIMPULAN
Dari praktikum yang kita laksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      pubertas pada sapi betina dapat terjadi pada umur 5 – 15 bulan.
2.      Siklus birahi ternak betina terbagi menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.
3.      Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah 15 s/d 18 jam setelah sapi menunjukkan gejala berahi.
4.      Perkawinan pada ternak dapat dapat dilakukan dalam dua metode, yaitu: kawin alami dan kawin buatan
5.      Sapi dinyatakan bunting setelah dilakukan pemeriksaan kebuntingan apabila dalam 60-90 hari setelah IB sapi tersebut tidak terjadi birahi kembali (return heat)

1 komentar:

Doyan Main said...

Lagi mencari agent betting dengan Bonus yang berlimpah???
Jangan pusing guys...gabung saja dengan Winning303 agent betting online terbaik Zaman now dengan bonus berlimpah

Bonus New Member Slot 15%
Bonus New Member Poker 10%
Bonus New Member Sabung Ayam 10%
Bonus New Member Sportsbook & Live Casino 20%
Bonus Deposit 10% Setiap Hari
Bonus Deposit Sabung Ayam 5%
Bonus Cashback 5-10%
Bonus 100% 7x Kemenangan Beruntun Sabung Ayam
Diskon Togel Hingga 65%
Bonus Rollingan Slot 1%
Bonus Rollingan Poker dan Live Casino 0.5%

Customer Service 24 Jam
Hubungi Kami di :
WA: +6287785425244

Post a Comment

Contact Person

AVIAN JAYA FARM
Nama        : AVIAN TRENGGONO
Alamat      : Jl. Sukaraya-sukatani, Bekasi
Email         : aviantrenggono@yahoo.com
Hp              : 082137612234
Facebook : Avian Trenggono
Twitter      : Avian_trg
Website      : ternakapaaja.blogspot.co.id

VISITORS

Flag Counter