Puyuh merupakan ternak yang tergolong dalam kelas
unggas yang tidak mempunyai kemampuan terbang dengan baik. Dalam lingkungan
sesungguhnya puyuh biasanya hidup pada semak-semak atau tempat-tempat yang
jarang di lewati oleh manusia atau hewan lain. Dari segi fisiologi dan
anatomi,ternak puyuh sama dengan ternak unggas lain. Namun ada yang sedikit
membedakan antara puyuh dengan bangsa unggas lainnya yaitu pada telurnya. Puyuh
memiliki ukuran telur yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan bangsa
unggas lainnya. Bobot telur puyuh berkisar antara 9-11 gram.Warna telurnya pun
sangat berbeda. Warna telur puyuh kecoklatan dengan bintik-bintik hitam pada
seluruh permukaan telurnya.
Yang menarik dari burung puyuh ini adalah siklus hidup
yang pendek, yaitu dibutuhkan 16—17 hari untuk pengeraman dan lebih kurang 42
hari dari saat menetas sampai dewasa kelamin. Laju pertumbuhannya cepat, yaitu
dari 8—9 gram pada umur sehari hingga menjadi 200—300 garm pada umur 40 hari.
Dengan konsumsi ransum lebih kurang 500 gram dan konversi ransumnya 2,3 : 1.
Anak burung puyuh tumbuh begitu cepat, sehingga pada umur enam minggu burung tersebut
mencapai 90—95 % bobot tubuh dewasa kelaminnya.
Burung puyuh mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42
hari dan biasanya berproduksi penuh pada umur 50 hari. Dengan perawatan baik,
burung puyuh betina akan bertelur 200 butir pada tahun pertama berproduksi, dan
lamanya hidup hanya 2—2 ½ tahun.
Pada praktikum ini,dilakukan pengamatan pada proses
penetasan telur puyuh. Menetaskan telur sendiri mengandung pengertian suatu
usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin penetas telur yang
sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk ayam atau
unggas lainnya selama masa mengeram. Oleh karena itu tak heran jika banyak
orang yang menyebut alat ini dengan istilah mesin penetas telur dan ada
sebagian orang yang menggunakan istilah setter (ruang pengeraman) dan hatcher
(ruang penetasan). Namun pada praktikum yang telah kami lakukan,mesin tetas
yang digunakan masih menggunakan teknologi yang sangat sederhana. Kemudian
dalam pemilihan telur baik yang fertil maupun infertil tidak dilakukan oleh
peternak karena dalam pelaksanaannya peternak masih belum atau tidak
memproduksi telur untuk ditetaskan. Hasil telur yang didapatkan oleh peternak
langsung di jual ke konsumen.
Untuk proses penetasannya sendiri, peternak harus
mendatangkan telur dari penjual telur puyuh.Seleksi telur juga tidak dilakukan
oleh peternak. Padahal seharusnya seleksi telur tetas harus dilakukan demi dan
untuk mengetahui perkiraan telur yang akan akan menetas selama proses penetasan
telur di dalam mesin tetas. Seleksi atau pemilihan telur tetas meliputi berat
telur, bentuk telur, keadaan kulit telur, rongga udara, umur telur dan cara
penyimpanannya.
Adanya telur fertil dan telur infertil yang harusnya
diketahui peternak sebelum masuk dalam mesin tetas sangat menentukan keberhasilan
dari penetasan telur puyuh tersebut. Penentuan telur fertil dan infertil
sebelum telur masuk mesin tetas sulit dilakukan. Candling saja tidak cukup
akurat untuk menentukan tingkat kesuburan dari telur. Candling (peneropongan)
telur berfungsi untuk mengetahui jumlah telur yang infertil (tidak dibuahi),
telur yang fertil, embrio yang tumbuh dan embrio yang mati.Telur yang infertil
atau mati embrio perlu dikeluarkan dari mesin penetas telur. Telur yang
infertil masih bisa dikonsumsi sedangkan telur yang mati embrio bisa untuk
campuran pakan ternak.Selain candling,perlu juga dilakukan pendinginan telur.
Pendinginan telur pada mesin penetas telur dilakukan saat kita melakukan
candling telur tadi. Atau bisa juga untuk sesekali waktu kita buka pintu mesin
penetas. Lama pendinginan telur bisa antara 10-15 menit.
A. LEBIH
BAIK KELEMBABAN TINGGI SAAT PROSES PENETASAN BILA DIBANDING RENDAH.
Satuan untuk menghitung dari kelebaban adalah
prosentase (%). Semakin tinggi sebarannya maka semakin memberikan proses
pipping yang lebih sempurna, yang pada gilirannya memberikan tingkat daya tetas
yang meningkat. Mengapa semikin tinggi Rh semakin baik dalam
proses penetasan karena dengan tinggi Rhnya maka embrio akan mudah menyerap Ca
dan P yang ada di cangkang yang dapat digunakan sbg pembetukan tulang, sehingga
pada proses pipping yang berperan dens ovifragusnya maka pemecahan telur saat
pipping dapat berjalan dengan sempurna.
B. KETEPATAN
MASA INKUBASI PD PROSES PENETASAN DIPENGARUHI OLEH KESTABILAN SUHU.
Suhu pada mesin tetas merupakan faktor yang
sangat penting didalam perkembangan embrio selama dalam telur. Jadi jika suhu
dalam mesin tak dikontrol de ngan seksama maka berakibat fatal yang pada
gilirannya akan gagal dalam menetaskan telur. Kebutuhan suhu dalam mesin pada
telur dari berbagai bangsa unggas berbeda. Prinsipnya semakin besar telur yang
ditetaskan akan memerlukan suhu yang lebih tinggi, misal : telur cecak, telur
puyuh, telur merpati, telur ayam, telur itik dan telur angsa akan berbeda ( disini
besar telur dari yg terkecil mengarah ke telur yang lebih besar). Jika
dalam proses penetasan telur suhu normal selama proses penetasannya, maka akan
memberikan waktu tetas yang tepat (sesuai masa inkubasi dari telur itu sendiri,
misal : telur puyuh masa inkubasinya 17 hari, ayam 21 hari, itik 28 hari) dan
menghasilkan tingkat daya tetas yang tingi, karena proses perkenbangan embrio
dapat berjalan normal sebagai akibat organ vitalnya dapat terbentuk
dan berkembang secara optimal dan norma. Sebaliknya jika selama proses
penetasan suhunya kurang maka masa inkubasi akan lebih tinggi tetapi embrio
akan mati, begitu pula suh yang lebih tinggi selama proses penetasan
berlangsung.
C. MASA
KRITIS DALAM PROSES PENETASAN PENENTU KEBERHASILAN PROSES PENETASAN.
Masa kritis adalah waktu yang sangat penting
dalam proses pembentukan dan perkembangan embrio dalam telur tetas
selama dalam proses penetasan. Masa kritis pertama dihitung dari hari ke
satu sampai dengan hari ke tiga setelah telur dimasukkan dalam mesin tetas.
Untuk masa kritis pertama ini seluruh telur bangsa unggas adalah sama
hitungannya. Dalam masa kritis pertama ini terbentuknya alat-alat vital dalam
organ tubuh embrio (pembuluh darah, janung, ginjal dll), agar pembentukan organ
vital tsb dapat berjalan dengan sempurna harus dibutuhkan suhu mesin tetas
untuk ayam 101 derajat Fahrenheit. Oleh karena itu jika saat masa kritis
pertama tsb sumber pemanasnya terganggu (listrik mati, lampu teplok yang tak
memenuhi syarat), maka akan terjadi kegagalan karena embrio mati. Sedangkan
pada masa kritis ke dua ini semua organ tubuh termasuk bulu sudah
terbentuk. Nah untuk melakukan pemecahan pada kulit telur (proses pipping) si
embrio tsb harus membutuhkan energi atau tenaga untuk proses pipping, yang mana dibutuhkan
suhu sekitar 101 – 102 derajat Fahrenheit dan kelembaban 70 – 80 %. Nah, jika
suhu dan kelembaban tak terpenuhi karena sumber pemanas terganggu ( listrik
mati, dlsb), maka akanterjadi kegagalan sehingga tak menetas. Dengan
demikian faktor suhu, kelebaban dan operatorlah yang memegang peranan penting
dalam mengatur agar masa kritis dapat berjalan dengan lancar.
D. BENTUK
TELUR PENENTU TINGKAT DAYA TETAS.
Tolok ukur keberhasilan dalam menetaskan telur
unggas adalah banyaknya dari telur-telur yang menetas dari telur yang
fertil dari jumlah telur yang ditetaskan. Tak diragukan lagi bahwa prosentase
daya tetas ditentukan oleh 3 faktor, yaitu Operator (orang yang menetaskan),
Telur yang akan ditetaskan dan Mesin tetas yang digunakan dalam proses
penetasan. Telur yang akan ditetaskan syarat utamanya adalah telur tersebut
harus fertil (penentu fertil tidaknya telur dengan alat Candler). Untuk
menghasilkan telur-telur yang memenuhi syarat untuk ditetaskan maka telur-telur
tersebut harus dan perlu untuk diseleksi (atau lebih dikenal dengan SELEKSI
TELUR TETAS). Salah satu penyeleksian telur tetas yang
penting adalah diantaranya adalah bentuk telur tetas. Sebutir telur dapat
dikeluarkan melalui saluran telur (oviduct) memakan waktu sekitar 25,1 jam (
sehari lebih 1 jam). Jika dalam proses peneluran tersebut terganggu (karena
nutrisi, genetik, lingkungan kandang sekitar baik secara internal maupun
ekternal maka akan menghasilkan telur-telur yang mempunyai macam-macam bentuk
telur. Dikenal ada 3 bentuk telur unggas yaitu : bulat, lonjong dan oval telur.
Dari ketiga bentuk tersebut yang ovallah yang baik untuk ditetaskan karena
menghasilkan daya tetas yang lebih tinggi bila dibandigkan dengan bentuk bentuk
lainnya. Untuk menghitung bentuk telur tersebut bulat, lonjong atau oval dapat
dihitung dengan menggunakan rumuss yang disebut : INDEK TELUR / IT
(EGG INDEX) = sumbu pendek dibagi sumbu panjang telur dikalikan 100
persen, jika telur tersebut termasuk oval maka IT nya 72 – 74 %, sedangkan yang
bulat lebih dari 72 – 74 % dan lonjong dibawah 72 – 74 %.
E. JARAK
BAK AIR BERPENGARUH TERHADAP PROSES PIPPING PADA BANGSA UNGGAS.
Perlu diketahui bahwa normal atau tidak normalnya
besaran kelebaban (%) dalam mesin tetas dapat berpengaruh terhadap proses
pipping dan pada giliranya akan menyebabkan tingkat daya tetasnya. Sumber
adanya kelembaban tingig atau rendah berasal dari bak air dalam mesin tetas dan
penyemprotan pada permukaan telur tetas yang ditetaskan dalam mesin tetas. Bak
air dalam mesin tetas pada mesin tetas type Still mutlak adanya. Anjuran
penulis Luasan bak air sebesar luasannya dari jumlah telur yang ditetaskan pada
rak telur. Jika syarat tersebut tak dipenuhi, pasti akan menghasilkan daya
tetas yang rendah, begitu pula jarak bak air dengan jarak rak telur sebaiknya 2
sampai 3 cm. Dengan kedua syarat itu dipatuhi maka akan menghasilkan ingkat
daya tetas yang tingi. Mengapa? karena dengan luasan dan ketinggian yang
balance maka akan menghasilkan besaran persentase kelembaban yang optimal untuk
menetaskan telur unggas ( karena akan memberikan tingkat kelembaban antara 60 –
80 %, besaran persentase tersebut sudah memenuhi untuk proses penetasan.
F. SEX
RATIO PENENTU UTAMA DARI TELUR FERTIL.
Memperhatikan imbangan jantan dan betina pada
bangsa unggas jika akan menetaskan telur WAJIB hukumnya, hal ini disebabkan
karena imbangan tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat fertilitas
telur. Imbangan jantan dan betina ( jantan : betina )
pada bangsa unggas dapat dipaparkan sebagai berikut : untuk angsa 1 : 3
sampai 4 ekor, itik 1:10 sampai 15 ekor, ayam ras 1 : 5 sampai 8
ekor, buras 1 : 8 sampai 10 ekor, puyuh (Coturnix coturnix japonica) 1 : 3
sampai 4 ekor, merpati 1 : 1 (monogami). Semakin kecil sex rationya akan
menghasilkan tingkat fertilitas yang tinggi pula, disebabkan karena kesempatan
untuk kawin setiap saat ada, bila dibandingkan dengan jumlah yang melebar.
Namun bila ditinjau dari segi ekonomis imbangan yang sempit merugikan, oleh
karena itu sebaiknya pedoman yang penulis paparkan sebagai patokannya.
G. CLUTCH
BERPENGARUH PADA DAYA TETAS TELUR BANGSA UNGGAS.
Clutch adalah jarak antara peneluran pertama ke
peneluran berikutnya ( misalnya tanggal 1 induk bertelur sebutir dan
tanggal-tangal berikutnya si induk tersebut bertelur kembali). Clutch oleh
penulis dikenal terdapat 2 jenis, jenis pertama clutch sempit dan ke dua clutch
renggang. Sebagai contoh clutch sempit jika si induk bertelur setiap hari
(setiap saat), sedangkan clutch renggang sebaliknya. Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa clutch sempit berarti si induk tersebut berperoduksi telur
tinggi dan sebaliknya untuk clutch renggang. Jadi clutch berkorelasi positif
terhadap tinggi rendahnya produksi telur unggas. Menurut Sugandi (1990 )
bahwa semakin tinggi produksi telur induk akan menghasilkan tingkat daya tetas
yang tinggi bila dibandingkan dari induk yang berperoduksi rendah. Hal ini
diduga induk unggas berproduksi tinggi berarti : 1. Induk tersebut
berasal dari bibit genetik yang unggul, berasal dari induk yang diberi
nutrisi yang rasional, pembentukan sebutir telurnya normal, si induk tersebut
mesti sehat dan diberi tatalaksana yang benar dan tepat bila dibandingkan
dengan induk berproduksi rendah.
Menjelang menetas Saat ini disebut dengan periode kritis ke-2 dan
biasanya banyak penetas yang gagal dalam menghadapinya. Pada tiga hari terakhir
sebaiknya telur tidak perlu dibalik/diputar lagi. Kelembaban perlu dinaikkan
sedikit untuk membantu proses retaknya cangkang (pipping) dengan cara
penyemprotan telur dengan sprayer atau lainnya. Suhu perlu dipertahankan agar
tetap stabil dan menghindari agar tidak terjadi kematian pada sumber pemanas
(PLN atau lainnya).
Y
ang perlu anda perhatikan adalah pada saat 3 hari
menjelang telur menetas kita jangan sampai membuka pintu mesin penetas. Pada 3
hari terakhir ini juga sudah tidak dilakukan pembalikan telur lagi. Pintu mesin
penetas tidak boleh dibuka karena dapat menyebabkan kehilangan kelembaban udara
yang amat sangat diperlukan dalam proses akhir penetasan. Kehilangan kelembaban
dapat mencegah keringnya membran pada kulit telur pada saat penetasan (hatching).
Bisa dikatakan selama 3 hari itu kita lepas tangan, tidak perlu ikut campur,
selain menunggu proses penetasan berjalan sampai selesai dengan sendirinya.
3 komentar:
Bahasanya susah dimengerti. jd tambah g ngerti.
coba di baca pelan-pelan dan di pahami per kalimat
Jadwal 14 Desember Sabung S128
Post a Comment