Ayam terserang snot |
Infeksius coryza merupakan salah
satu penyakit pernafasan pada unggas, khususnya ayam, Penyebab penyakit ini
pertama kali ditemukan oleh DE BLIECK (1932), seorang Belanda pada tahun
1931-1932, yang diberi nama Bacillus Haemoglobinophilus coryza gallinarum. Atas
usul para peneliti dari Amerika, maka nama bakteri tersebut diganti menjadi
Haemophilus gallinarum (ELIOT dan LEWIS, 1934; DELAPANE et al., 1934).
Epidemiologi
Penyakit ini dapat menyerang semua
jenis ayam, baik ayam Kampung, ayam petelur, dan ayam potong/pedaging. Penyakit
berjalan akut dan kadang-kadang kronis, dengan masa inkubasi 1-3 hari. Pada
sekelompok ayam penyakit ini dapat berlangsung antara 1-3 bulan. Angka kematian
umumnya rendah, yaitu antara 1-5% walau pernah ada laporan sampai 30%, tetapi
angka kesakitan dapat mencapai 80-100% (ANONIM, 1980; GORDON dan JORDAN, 1982) Penyebaran penyakit ini hampir
ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah yang beriklim tropis. Wabah
penyakit sering terjadi pada musim peralihan dari penghujan ke musim kemarau
atau sebaliknya. Ayam yang sembuh dari sakit tahan terhadap reinfeksi
sekurang-kurangnya untuk satu tahun (GORDON dan JORDAN, 1982; BLACKALL et al.,
1997).
Penularan penyakit dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan ayam sakit atau ayam karier, tetapi dapat pula
terjadi secara tidak langsung melalui air minum, pakan, dan peralatan yang
terkontaminasi (BLACKALL et al., 1997; SHANE, 1998). Infeksius coryza dapat
menyerang ayam semua umur, tetapi yang paling peka adalah ayam umur 18-23
minggu atau menjelang bertelur. Jika terinfeksi, kelompok ayam ini akan sangat
terlambat berproduksinya. Pada ayam yang sedang bertelur, penurunan produksi
dapat mencapai 10-40%, sedangkan pada ayam dara pengafkirannya (culling rate)
dapat mencapai 20% (ANONIM, 1980; BLACKALL et al., 1997).
Gejala klinis
Gejala-gejala klinis dari penyakit
ini ditandai dengan keluarnya eksudat dari hidung yang mula-mula berwarna
kuning dan encer (sereous), tetapi lama-lama berubah menjadi kental dan
bernanah dengan bau yang khas (mucopurulent). Bagian paruh di sekitar hidung
tampak kotor atau berkerak oleh sisa pakan yang menempel pada eksudat. Sinus infraorbitalis
membengkak, yang ditandai dengan pembengkakan sekitar mata dan muka.
Kadang-kadang suara ngorok terdengar dan ayam penderita agak sulit bernafas.
Penurunan nafsu makan dan diare sering terjadi, sehingga pertumbuhan ayam
menjadi terhambat dan kerdil (ANONIM, 1980; HARDJOUTOMO, 1985; GORDON dan
JORDAN, 1982; BLACKALL et al., 1997).
Pencegahan dan pengobatan Infeksius
coryza pada kasus lapang
Melakukan program vaksinasi secara
teratur, baik terhadap penyakit Infeksius coryza maupun untuk penyakit kain.
Khusus untuk penyakit Infeksius coryza, vaksinasi pada ayam petelur dan
pembibitan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada umur 6-9 minggu dan ulangannya
dilakukan pada umur 12-18 minggu. Vaksin yang dipakai adalah vaksin mati
(killed) bivalen serotipe A dan C. Baru-baru ini telah dipasarkan vaksin
Infeksius coryza trivalen serotipe A, B, dan C.
Untuk pengobatan diberikan
antibiotika melalui suntikan atau air minum selama 3-7 hari berturut-turut,
tergantung ringan beratnya serangan penyakit. Dengan intensifnya pemakaian
antibiotika untuk pencegahan dan pengobatan penyakit
0 komentar:
Post a Comment