Uji Reduktase
Enzin
reduktase dihaskjan oleh bakteri ang ada didalam susu, semakin cepat warna biru
berubah menjadi putih maka semakin banyak bakteri yang adadidalam susu
(Hidayat, 2006). Riyadh (2003)
menyatakan bahwa daya reduktasi dari susu disebabkan oleh aktivitas enzim
tertentu dan juga adanya aktifitaas bakteri. Terdapat hubungan antara jumlah
bakteri dalam susu dengan kecepatan daya reduktasi.
Perubahan warna
bifumenjadi warna putih di sebabkan kemampuan bakteri didalam susu untuk tumbuh
dan menggunakan oksigen yang terlarut sehingga menyebabkan penurunan kekuatan
iksidasi-reduksi dari campurantersebut. Akibatnya metylen blue akan direduksi
menjadi warna putih. Semakin cepat terjadinya perubahan biru menjadi putih
semkain tinggi jumlah bakteri didalam lsusu pasteurisasi. (Jurnaluji pca
wandiro) = semakin cepat waktu (<2 jam ) yang dibutuhkan untuk menetralkan
warna biriu, semakin buruk kualitas mikrobiologis susu segar (anderson et al.,
2011).
Uji alkohol
Hasil uji alkohol
yang negatif ditandai dengan tidak adanya gumpalan susu yang melekat pada
dinsing tabung reaksi (dirkeswan, 1997), Pemeriksaan kesegaran susu dimaksudkan
agar dapat mencegah dan mengurangi kerusakan susu sereta memperbiaki daya
simpan susu dan mempertahankan warna, konsentrasi, maupun cita rasususu segar
sehingga dapat diproduksi dan dikonsumsi dengan baik. Uji alkohol umumnya
digunakan oleh peternak dan koperasi untukmenentukan kesegaran susu sebelum
dibawa ke industri pengolahan susu, menurut SNI (1998), susu segar harus negatig
(tidak pecah) dengan uji alkohol.
Soedjono et al. (2005) menyatakan bahwa
penerikasaaan kesegarav susu terdiri atas veberapa uji sebagai berikut: 1. Uji sensorik
atau uji organoleptik 2. Uji kestabilan protein ( uji didih dan uji al kohol),
3. Uji ph , uji derahat asam. Jumlah bakteri yang sedikit merupakn indikatir
kualitas kesegaran susu yang baik ( anoni 2005).
Pada uji alkohol susu yabg tidak baik
(misalnya susu asam) akan pecah atau menggumpal hika ditmbahkan alkohol y70%. Alkohol
memiliki daya dehidrasi yang akan menarik guugs H+ dari ikatan mantel air
protein , sehingga protein dapat melekat satu dengan yang lain akibatnya
kestabilan protein yang dinamakan susu pecah (sudarwanto et al., 2005).
Uji alkohol adalah uji yang cepat dan
sederhana yang merupakan dasardallam kestabilan protein ketika jumlah asam
bertambah dalam susu ( anonim, 2006), menurut buckle et al., 1987) uji alkohol
bertuhuan untuk memeriksa dengan tept tingkat keasaman susu. Susu yang
mengandung keasaman 0,21% akan terkoagulan dengan penambahanalkohol 70 % dengan
demikian, apabila uji alkohol menuunjukan hsl positif dimana degan penambahan
alkohol 70% sshg susu rterkoagulan maka susu dalam keadaan tidak baik.
Berat Jenis (Viskositas)
Viskositas dan berat jenis
merupakan sifat fisik susu yang dipengaruhi oleh komposisi susu, nilai protein
dan lemak susu. Viskositas susu akan meningkat diikuti meningkatnya
berat jenis susu. Semakin kental susu maka semakin banyak jumlah padatan
didalam susu yang akan meningkatkan berat jenis susu. Oleh karena itu, viskositas
dan berat jenis selalu berbanding positif. Menurut Herdiansyah (2011), jika
berat jenis susu rendah maka kekentalan susu tersebut sangat rendah, namun
sebaliknya jika viskositas kandungan bahan kering tinggi atau berat
jenis susu tinggi maka viskositas susu tersebut akan tinggi juga.
Menurut abubakar(2000) Berat jenis susu dipengaruhi oleh pakan, bahan kering
yang yang meningkat maka berat jenis dan visikositas akan meningkt. Menurtu
julmiati 2002, kenaikan bj susu disebabkan karena adanya pelepasan CO2 dan N2
yang terdapat ppada susu tersebut, karena sekitar 95% dari nitrogen pada susu
berada dalam bentuk protein.
Pemalsuan Susu
Pengawasan mutu dalam suatu
industri pangan m erupakan suatu faktor penting yang sehat, bergizi dan aman
bagi konsumen. Hal ini menjadi makin penting dalam kaitannya dengan perlunya
jaminan kepada masyarakat bahwa produk pangan ynag dibeli telah memenuhi
standar.
Peningkatan produksi susu
harus dilakukan bersama pengawasan terhdap kualitas kesegaran susu. Pengawasan
terhadap kualitas kesegaran susu merupakan hal penting dalam rangka menhjamin
produkmakanan sehingga bisa diakui oleh koonsumen ( wallace 2000). Susu segar
adalah susu yang belum mengalami proses pasteurisasi (pemanasan) atau
homogenisasi sebelum dikkonsumsi, rasanya khas dan mudah dicerna, tapi tidak
dapat dipastikan apakah susu tersebut menyehatkan atua tidak dibandingkan susu
yang sudah mendapat perlakuan (anonim 2006).
Uji Bakteri (PCA)
Mikroba
yang ditemukan dalam susu dapat disebabkan oleh penanganan susu yang kurang
baik. Kontaminasi mikroba dalam susu dapat berasal dari badan ternak, kandang,
alat pemerah, proses pemerahan dan udara. Kerusakan susu akibat dari aktivitas
dan pertumbuhan mikroba lebih berbahaya dibandingkan kerusakan-kerusakan
lainnya. Beberapa kerusakan pada susu yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba antara
lain keasaman dan penggumpalan, karena terjadi fermentasi laktosa menjadi asam
laktat sehingga pH menurun (asam).
Nutrisi yang tinggi pada susu tentunya merupakan media yang
sangat baik bagi pertumbuhan mikro organisme patogen maupun saprofit. Menurut
Dwidjoseputro (1990) bakteri yang selalu ada dalam susu adalah bakteri
penghasil asam susu, sebagian besar dari famili Lactobacteriaceae dan Streptococcus
lactis, kedua spesies ini dapat
menyebabkan fermentasi terhadap laktosa. Kerusakan susu mengakibatkan susu
tidak dapat dikonsumsi, karena susu pecah, berbau dan terasa asam.
Sedangkan menurut Saleh (2004), susu
yang baik adalah susu yang mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung
spora mikroba patogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya
dan mempunyai cita rasa flavour yang baik.
Air susu selama di dalam ambing atau
kelenjar air susu steril, akan tetapi begitu berhubungan dengan udara air susu
tersebut dapat terkontaminasimikroba sehingga dapat menjadi sumber penyakit
bagi ternak dan manusia. Halini disebabkan karena susu merupakan media yang
baik sekali bagipertumbuhan mikroba sehingga apabila penanganannya tidak baik
akan dapatmenimbulkan penyakit yang berbahaya. Di samping itu susu sangat
mudahmenjadi rusak terutama karena susu merupakan bahan biologik.Menurut Buckle
et.al. (1985), kontaminasi tersebut adalah oleh bakteripatogen yang berasal
dari lingkungan, peralatan pemerahan, atau ternak itusendiri. Akan tetapi susu
yang telah mengalami pasteurisasi merupakan susuyang aman untuk dikonsumsi.
Kuman yang mencemari susu akan tumbuhdengan baik apabila kondisi lingkungan
sekitar mendukung, seperti keadaananaerob, suhu, kelembaban, pH, dan adanya
laktosa. kontaminasi mikroorganisme dapat terjadi
akibatsanitasi yangg kurang memadai. Penelitian standar keberadaan
mikroorganise dalam susu tersaji dalam tabel. (Anonim 2003).
Daftar Pustaka
Abubakar
Dkk. 2000. Pengaruh Suhu Dan Waktu Pasterurisasi Terhadap Mutu Susu Selama
Penyimpanan. Jurnall Ilmu Ternakdan Veteriner. 6(1):45-50
Anonim.2006. Raw Milk.Wikimediaa
Foundation, Inc. GNU Free Documentation Licences 11:19
Http//En.Wikipedia.Org/Wiki/Raw.Milk [20 Juli 2006]
Buckle, KA., TA.E DWARDS, G.H. Gleet Dan M. Wolton. 1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan Hari Purnomo Dan Adiono . Universitas –Indonesia Press, Jakarta.
Buckle.
K. A. Dkk. 1985. Ilmu Pangan. Teerjemahan Univ Indonesia Press. Jakarta.
Campagne
Cp, Girard F, Morin N. 1990 Ninhibition Of Psdichtriopic Bacteria Of Raw Milk
By Addition Of Lactic Acid Bacteria. Food Research And Cevelopment Centre,
Agricultur Canada 53:400-403
Daulay, D. 1991. Fermetasi Keju. Pusat Antar Universutas Pabgab
Dan Gizi. Ibtb. Bogor
Dwijoseputro,
D. 1990. Dasar-Dassar Mikrobiologi Penerbit Djambatan. Jakarta
Fennema,
O.R. 1985. Food Chemistry Second Edition, Revised And Xpanded. Marcel Dekker,
Inc. New York And Basel.
Haidiwiyoto, S. 1994. Teori Dan Rosedur Pengujian Mutu Susu Dan
Hasil Olahannya, Liberty. Yogyakarta.
Hidayat, H. 2006. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Benzaklin Untuk
Dipping Terhadap Total Bakteri Dan H Susu. Skripsi. Fakultas Peternakan Undip
Julmiiati.
2002 Perbandingan Kualitas Fisik Susu Pasterisasi Konvensional Dan Mikrowave
Dengan Lama Penyimpanan Yang Berbeda. Skripsi Fakultas Peternakan. Unhas. Makasar
Korhonen, H., And A. Pihlanto. 2006. Bioactive Peptides :
Production And Funtionality International Diry Journal 16 :945-960
Phalepi,M.
A. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (Studikasus I Peternakan Pusat
Pertanian Dan Edesaan Swadaha Citarasa). Fakultas Peternakan. Itb. Bogor
Rahman,
A. Dkk 1990 Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi IPB
Bogor
Saleh E. 2004. Dasar Pengolahan Ssusu Dan Hasil Ikutan Ternak. Program
Studi Produksi Ternak. Fakultas Pertanian Univ Sumuutara.
Sapru,
A.,Dkk 1997. Chedar Cheese :Infuence Of Milking Frequncy And Stage Of Lactation
Composition And Yield. J. Dairy Sci. 80:437-446.
Sni Standar N I. 1998. Susu Segar. Jakartaa: Badan Stndarisasi
Nasional
Sudarwanto M,. 2005 Bahan Kuliah Hygiene Makanan (Tidak
Diterbitkan). Bagian Penyakit Hewan Dan Kesehatan Masyarakat Vetreiner FKH IPB.
Bogor
Volk, WA. DAN M.F. Wheeler. 1990 Mikrobiologi Dasar. Edisi Ke-5
Erlangga Jakarta
Wallace
Ri. 2000. Trouble Shooting Troublesome Somatic Cell Counts. Virginiarech.Http://Www.Trail.Uiuc.Edu//Dairvnet/Paperdisplay.Cfm?Conte
Ntid=319(25 MARET 2005)
Widodo,
A. V. Rachmawati, R. C. Chulaila Dan S. Budisatria. 2012. Produksi Dan Evaluasi
Kualitas Susu Bubuk Asal Kambing Peranakan Etawa (Pe). Jurnal Tteknol Dan
Industri Pangan, Vol XXIII No. 2 Th. 2012. Fapet. UGM. YOGYAKARTA.
0 komentar:
Post a Comment